Selasa, 26 Juli 2011

seperti bola pingpong

3 hari yang lalu saya melakukan kunjungan ke salah satu kantor dinas provinsi di bandung (ga usah disebutin nama dinas nya ya). berhubung memang karena ada project yang sedang dikerjakan. actually saya dan teman project-an ingin meminta beberapa data yang diperlukan, dan seperti prosedur biasa yang harus dilakukan, kami harus meminta surat pengantar terlebih dulu dari kampus. ini baru tantangan kecil yang kami hadapi. entah karena sibuk atau menyibukkan diri, sekre kampus belum membuatkan surat pengantar tersebut. padahal kami sudah meminta sejak hari yang lalu. menunggu kira-kira lima belas menit sepertinya tidak akan membuat kami telat untuk melakukan kunjungan. oke, kami tunggu.

ya kami terlambat, dan sepertinya ini akan berdampak pada nasib kami selanjutnya. mulai dari perkenalan kepada resepsionis dan selanjutnya kami di arahkan ke bagian humas untuk memfasilitasi kebutuhan kami. aura ruangan memang kurang bagus karena tidak ada larangan merokok di pancang depan pintu. kisah pun di mulai, kami bertemu dengan bapak yang sedang sibuk menulis di bukunya. entah apa yang ditulis, tapi perkiraan saya itu adalah rekap kunjungan yang disalin ulang. kami adalah tamu pertama di pagi ini, dan ketika surat pengantar kami berikan kepadanya, respon kerutan muka mulai muncul. "oh, hmm.. silahkan kembali 2 atau 3 hari lagi, surat ini akan kami proses lebih dulu", katanya santai. beeuhh, harus seperti itukah? padahal keperluan kami tidak harus dipersulit. lanjutnya: "oh, ya.. ini seharusnya ditujukan kepada kepala dinas, dek. tolong perbaiki dan kembali lagi besok". beeuhh lagi. intinya kami harus datang lagi besok untuk memberi surat pengantar baru dan 2 atau 3 hari kemudian untuk melakukan wawancara. untungnya dengan muka melas, teman saya berkata, "begini bapak, sebelumnya kami sudah menelepon kantor bapak, tapi tidak ada jawaban sama sekali, dan kalau harus menunggu 2 atau 3 hari lagi, kami akan melaksanakan UAS pada saat itu, pak. apakah bapak tidak bisa mempermudahnya?". oke, silahkan menghadap bapak itu (di sampingnya), dan minta surat disposisi. oke, kami melangkah senang.

bapak yang satu ini akan segera pensiun, dan untungnya kami datang sebelum beliau pensiun. haha. Sebut saja pak Gracious, beliau sangat baik dan ramah, begitu pengertian terhadap kebutuhan kami. Namun sayangnya ia bukan orang yang harus kami temui untuk mendapatkan informasi. Ia hanya sebagai perantara antara kami dan pemberi informasi dengan memberi surat keterangan disposisi. Kami bicara banyak dengannya, namun kami tidak berani menyinggung tentang “prosedur tua “ di dinas ini, karena takut beliau akan tersinggung karena sama-sama tua. Sebelum memberi surat keterangan disposisi, ia bertanya dulu kepada atasannya yang secara fisik lebih muda, namun tidak dengan pemikirannya (tua). Namun yang terjadi atasannya malah bertanya tentang surat pemberitahuan dari pihak yang mengadakan lomba. Setahu saya surat pemberitahuan hanya diperlukan dari kampus, bukan dari panitia lomba. Coba saja bayangkan jika peserta ada 50 tim, dan masing-masing tim perlu survey minimal 3 instansi untuk diwawancarai. Maka ada 150 surat pemberitahuan yang harus disediakan oleh panitia. Apakah itu penting? Saya kira tidak. Saya berdebat dengan sedikit emosi (amarah) dengan dia, si bapak belah tengah. Beruntung saja alasan yang saya berikan lebih kuat daripada koarannya.

Akhirnya kami diarahkan pada kepala PD di lantai bawah. Kami kira ini adalah akhir, namun tidak. Si bapak kepala itu sedang berada di luar kota, dan baru kembali ke Bandung sore atau besok pagi. Tapi paling tidak kami bertemu dengan bawahannya. Kami diminta datang 2 hari lagi, karena hari itu adalah Jum’at. Semoga informasi yang dibutuhkan segera kami dapat.

Hari ini saya baru saja pulang dari dinas itu, dan kembali dipersulit dengan beragam kerumitan. Kami hampir saja kembali ke kosan masing-masing karena si bapak kepala tidak sedang berada di kantor. Bahkan rekan kerjanya tidak tahu beliau sedang berada dimana. Sebelum pulang dan menitip informasi yang dibutuhkan, tiba-tiba dia datang. Kami pun masuk dalam ruangannya yang rapih dan disuruh duduk di kursi keluarga (kurang empuk) dari pada di kursi tamu. But never mind, at least kami akan segera mendapat informasi darinya. Kami mengajukan beberapa pertanyaan, tapi beliau seperti tidak paham dengan pertanyaan yang kami ajukan. Hanya menjawab ya.. ya.. dan ketika meminta beberapa data dari kantornya, ia malah meminta kami mengambil dari internet saja. “Itu lebih dari cukup kok”, tambahnya. Dengan daftar pustaka yang kebanyakan dari internet akan mengurangi poin project kami, dan ia tidak tahu itu. Bahkan ketika ia memperlihatkan data yang diambil dari internet, itu sama sekali tidak lengkap dan sumber nya pun bias.  Kami sama sekali tidak mengerti dengan cara berpikir si bapak kepala ini.

Dengan memberi penjelasan kepada beliau, kami di disposisi lagi pada bagian perencanaan di lantai atas. Fine, sepertinya kami sudah terbiasa dengan ini. Kamipun menghadap pada bagian perencanaan. Disana hanya ada beberapa bapak-bapak yang sedang ngobrol sambil merokok. Tapi yang mengurusi arsip yang kami perlukan lagi-lagi tidak berada di tempat. kelompok perokok itu menyarankan kami untuk datang lagi besok, dengan kepastian bahwa informasi akan diterima hari itu juga. Kami hanya berharap kalimat mereka tidak rancu. Semoga besok hari yang cemerlang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar