Kamis, 09 Juni 2011

strange accident, but happenned

Saya adalah orang yang ceroboh. Banyak hal-hal yang membuat saya menjadi susah sendiri akibat kecerobohan yang tidak seharusnya terjadi. seperti ketika mematahkan spion motor sahabat saya. ya, kami saling memanggil sahabat dalam organisasi itu. membuat saya harus menggantinya dengan spion baru seharga Rp 25.000. kesal.
Beruntung Allah masih sayang saya. kejadian ceroboh lain pernah terulang 3 kali, dan selalu berakhir bahagia. It’s just like a miracle. Bahkan saya masih belum percaya kenapa hal itu bisa terjadi. Kejadian pertama terjadi pada liburan semester 1. Kebanyakan “mahasiswa baru” berencana untuk pulang ke daerah masing-masing karena rindu orang tuanya.  Berbeda dengan saya yang berencana untuk mengikuti semester kerdil atau semester pendek. Disebut seperti itu pasti karena waktu yang terlalu singkat antara UTS dan UAS. Hanya 2 minggu kawan, dan kami harus mengikuti ujian tengah semester, dan setelah 2 minggu berikutnya, saat nya hajatan besar, UAS.
Teman saya, arya, memiliki rambut panjang, tapi terlihat pendek karena rambutnya kribo. Dan seperti mahasiswa baru lain, arya berencana untuk pulang ke medan, dan dengan baiknya dia memberikan kunci motor matic nya kepada saya. lumayan untuk beberapa minggu. Pastinya tidak lupa untuk meminta STNK sekaligus, karena saya tidak hanya akan pergi dari picung (read: kosan) ke setiabudhi dan kembali ke picung. Tentu banyak destinasi yang akan menjadi tujuan saya di libur semester ini.
3 minggu telah saya lewati hidup ini dengan kuliah saat mereka libur dan menjadi panitia OKMB kampus. Lumayan sibuk, dan tentu saya sering memakai motor arya. Dan saat itu, saat pulang dari dayeuhkolot (bakal kampus utama IM Telkom saat itu) sehabis latihan, saya tidak dapat menemukan STNK motor matic kesayangan. What the hell!. saya tiba-tiba menjadi orang yang paling merana di dunia. Kenapa tidak? Untuk mengurus surat kehilangan saja, saya harus memasang iklan kehilangan STNK motor di surat kabar lokal sebanyak 3 kali. Saya harus bolak-balik kantor polisi dan kantor lainnya. Dan sudah pasti saya akan mengahabiskan banyak biaya untuk mengurus semuanya. Saya begitu panik, awan mulai gelap, jemuran baju ombang ambing, dan saya meringis kehilangan. Apa yang akan saya katakan pada arya? Saya: “arya, STNK motor lu hilang, gmana nih?”. Arya: “apa?!! Kupijak matamu, @#$%^&!!!”. Sudahlah, saya tidak sanggup membayangkan betapa marahnya arya si anak medan itu. Ketika saya menyudut di tepian kosan, tiba-tiba malaikat serasa begitu dekat, dan berkata: “Dek, kamu kehilangan STNK motor ya? Apakah ini punyamu? Aku menemukannya di dekat tangga kos”. OMG! Ternyata dia bukanlah malaikat. Tidak lain dan tidak bukan dia adalah kak geby, penghuni kamar terbesar di kosan KOID, di depan kamar saya. Awan mulai cerah lagi, jemuran sudah mengering, dan saya bersyukur memiliki kak geby. Betapa tidak, jika tidak ada kak geby, tidak mungkin saya bisa bertemu lagi dengan si kuning tanda kepemilikan  motor ini. Problem’s solved, I was happy again.
Kisah berlanjut saat awal semester 4. Saya lupa apakah saat itu bulan maret atau april, tapi yang saya tahu saat itu adalah kesibukan paling melangit yang terjadi pada diri saya. mulai dari kegiatan perkuliahan yang begitu menyita waktu, kepanitian championship regeneration 2011 sebagai kadiv humas dan pubdok, dan sebagai personil tari urak langkah di pagelaran UKM ITB ke 36. Kecerobohan terulang saat saya baru pulang dari sesi latihan tari UKM di GSG ITB. Saat itu hari kamis sekitar pukul 01.00 pagi. Jangan terkejut, tradisi pulang pagi itu sudah dilakukan dari zaman-zaman sebelumnya. Saya dan aip (teman SMA dulu, teman kos sekarang) berencana untuk melakukan puasa sunnah hari Kamis dan ingin membeli makanan untuk sahur sebelum sampai di kosan. Sangat wajar jam 01.00 pagi tidak ada warung nasi yang masih buka, kecuali waroeng kopi gemboel di setiabudhi. Disana menjual aneka minuman hangat, mie telur, mie orak arik, kornet dan sosis bakar. Saya memilih kornet bakar plus nasi, sedangkan aip membeli mie orak arik nasi. Setelah mendapatkan menu pesanan, kami pulang ke kos untuk sahur. Lalu tidur. Cukup lama mata ini tidak bisa dibuka hingga pukul 11.00 siang. Pasti karena faktor latihan semalam.
Ketika beres-beres kamar, saya kembali kehilangan sesuatu yang sangat penting. Yes, my wallet. Seperti disambar petir disiang bolong, saya begitu kelabakan mencari disetiap sudut kamar, tapi tetap tidak menemukannya. Berusaha mengingat-ingat kejadian semalam-sepagi, tapi merasa tidak ada yang janggal. mungkinkah dompet ini jatuh di suatu tempat, dan saya tidak menyadarinya? Bukan masalah uang, tetapi kartu-kartu yang ada didalamnya. Ada KTP, NIM, SIM, kartu atm 3 bank (1 aktif, 2 tidak), id card ESQ, pulsindo dan kartu ultradisc milik saya. sungguh berat untuk mengurus ulang semuanya. Saya mulai dengan memblokir kartu atm. Dan untuk membuat kartu atm baru, saya harus mengurus surat kehilangan di kantor polisi sektor sarijadi, meng-upgrade KTP, dan kembali ke bank asal tempat membuka rekening awal. Saya sudah menjalani tahap pertama, yaitu mengurus surat kehilangan di polsek Sarijadi, saya beruntung mendapatkan bantuan polisi yang tanpa berbelit-belit, namun tegas dan bermuka masam. Setelah itu saya kembali ke aktivitas rutin, yaitu latihan tari UKM di itb. Hari itu adalah jumat, karena kami latihan gabungan dengan tim tari yang lain. Tiba-tiba saya mendapatkan sms kejutan bahwa dompet saya telah diketemukan, dan sekarang ada ditangan kang Didi, pemilik kantin teh nina, kantin kampus kami. Saya tidak melihat keterhubungan dalam hal ini, bagaimana bisa kang Didi yang menemukannya. Begitu tidak masuk akal, namun saya tetap senang tak terkira. Setelah saya menghadap kang Didi berharap dompet saya dikembalikan dengan utuh tak kurang satu apapun baik kartu-kartu maupun uang didalamnya. Dan ternyata benar, dompet saya kembali dalam kondisi utuh, hanya sedikit bau minyak goreng karena berada didekat penggorengan kang Didi. Usut punya usut ternyata yang menemukan dompet saya adalah mamang pemilik warung kopi di setiabudhi, tempat saya membeli kornet bakar plus nasi. Dan kebetulan, kang Didi bersaudara dengan pemilik waroeng kopi itu. Strange accidental yeah. Sepulang dari warung teh nina, saya sujud syukur berada dalam kondisi haru suka, karena telah diselamatkan untuk yang kedua kali. Thank’s Allah, You still loved me. Tekad untuk tidak ceroboh lagi begitu kuat saya tanamkan dalam diri, berharap tidak kehilangan lagi barang-barang yang penting, maupun tidak penting, karena akan menjadi penting saat waktunya.
Oke, so embrassing story’s coming again. Saya kehilangan dompet untuk kedua kali. Kecerobohan maha besar, bahkan tidak pantas untuk di ceritakan lagi. Kisahnya terjadi pada malam hari tanggal 7 juni 2011, sepulang dari muktamar gamus dengan angkot bersama teman-teman yang lain. Kami menyewa angkot saat itu, karena pertimbangan tempat tujuan yang cukup jauh dan macet (read: dayeuhkolot). 1 kali arah, kami dikenakan Rp 75.000. sesampai di gerlong, saya yang bertugas untuk memberikan  uang sewa kepada kang anom, sipemilik angkot. Lalu pulang dan tidur karena sudah terlalu penat dan sakit kepala. Paginya ketika ingin membeli sarapan, saya kembali tidak bisa menemukan dompet kesayangan satu-satunya. Dompet yang pernah hilang suatu saat, lalu kembali ke pemiliknya lagi, karena rindu. Apakah kali ini dompet itu akan kembali lagi? walaupun saya telah mencari di sela-sela kecil kamar, lalu menuju kamar lain berharap akan menemukannya disana, tetapi tidak. Mungkin kami tidak jodoh lagi seperti dulu. Selamat jalan dompetku, saya harus mengurusi kepergianmu dan menemukan penggantimu. Cerita lalu akan berulang kembali. 3 hari sesudah kehilangan dompet, tiba-tiba teteh pemilik salon di dekat kos bernama tuti memanggil saya. “kamu hafis kan? Apakah kamu baru saja kehilangan dompet?” Tanya teh tuti. Muka saya langsung sumringah saat itu juga, merasa bahwa Allah masih memberi kesempatan untuk berbuat lebih baik kepada saya. ya tentu dompet itu dikembalikan dalam keadaan baik-baik saja, kartu lengkap dan tanpa uang sedikitpun didalamya. Padahal saat sebelum hilang, dompet itu berisi kertas 20 ribuan, 10 ribuan, dan ribuan lain. Saya menduga bahwa ada orang lain sebelum teh tuti yang menemukan dompet saya, mengambil uangnya, lalu membuang dompetnya kembali ke jalanan. Tidak masalah selagi kartu-kartu yang diperlukan masih lengkap.
Sekarang dompet coklat itu masih hangat dalam genggaman, berharap tidak hilang untuk ketiga kalinya. Apakah saya harus mengganti dompet untuk membuang kesialan ini, atau tetap setia dengan dompet tua yang jika hilang, pasti akan kembali lagi pada pemiliknya? Sudahlah, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari cerita nyata ini. You have your own story, you have your own meaning & lesson from it.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar