waktu itu dia adalah anak biasa. tidak banyak orang yang kenal dengannya. disekolah, dia tidak punya prestasi apa-apa. mungkin karena dia selalu menutup diri atau pura-pura lupa akan potensinya. dia tidak pernah mencoba banyak hal baru bahkan dia tidak melestarikan budaya nya. dia memiliki segudang keinginan, tapi terhambat oleh rasa malunya. dia ingin melakukan sesuatu tapi takut dimarahi. beberapa perilaku defensif membuat dia bertindak menghindari aksi. kosakatanya tidak terlalu beragam, tapi mencoba untuk selalu membaca. selalu dibayang-bayangi orang pertama, sehingga dia tidak berbeda selayaknya bayangan hitam. tidak berpikir visioner dan aware dengan sekitar.
sekarang dia adalah anak perantauan. dia mencoba untuk keluar dari dunianya. dunia yang seharusnya punya banyak target destinasi untuk dituju. tapi tidak. sekarang dia ingin melakukan sesuatu, dan benar saja. dia melakukan itu. di awal ia merasa canggung. tapi lambat laun dia bisa mengimbangi. beberapa hal yang mungkin tidak pernah dilakukan di awal membuat dia memerlukan proses yang lebih lama dibanding teman-temannya. walaupun dengan hasil yang tidak terlalu membanggakan. tapi setidaknya dia sudah mencoba. dia terinspirasi oleh seorang budayawan, pengusaha, musician, pembawa acara, dan pemelihara. sekarang dia mencoba hal yang seharusnya telah lama ia lakukan. dia melestarikan budaya nya di negeri asing. dia telah menyimpan sebuah kertas. kertas yang berisikan hasrat kebendaan dan prestasi. sedikit yang dicoret, masih banyak yang yang harus dipenuhi. beberapa orang masih berpikir negatif tentang dirinya. padahal dia cuma ingin mengembangkan diri. dia menghiraukan semuanya dan tetap fokus pada selembar kertas itu. ia menyadari masih banyak yang harus diperbaiki, terutama sifat malas untuk memperbaiki.
(to be continued)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar