sejatinya setiap orang membutuhkan informasi. baik untuk menambah pengetahuan, ataupun dijadikan sebagai referensi. ini menjadikan "pemasok" informasi sangat diperlukan, dan bersifat sangat esensial. berita mampu menggiring opini publik ke dalam suatu pemahaman ataupun patokan dalam berpikir atau bertindak. dapat kita lihat dalam kasus prita. masalah yang menimpa mereka menjadikan penerima berita memiliki niat untuk berbuat sesuatu, dengan mengumpulkan dana sebagai sumbangan untuk prita. ini sama hal nya dengan kasus bilqis yang menderita penyakit hati. kalau kita lihat jumlah dana yang terkumpul cukup bombastis dan melebihi perkiraan. salah satu contoh bahwa berita dapat mempengaruhi opini dan sikap publik.
bagaimana jika berita yang dimunculkan adalah berita musibah, kerusuhan, korupsi dan berita lain yang bertemakan kekacauan? apa dampak dari hasil tranfer informasi tersebut? ini yang saya lihat pada berita-berita di tv swasta indonesia (tidak semuanya). nggak ada hari yang diisi tanpa berita negatif. sebagai contoh nyata adalah masalah gayus tambunan yang menjadi perampok uang pajak. tidak tanggung-tanggung dari pagi hari - siang - sore -malam dan pagi lagi, siaran berita tidak henti-hentinya menyoroti masalah gayus tanpa dibarengi dengan berita baik lain yang setidaknya menyejukkan hati, masih ada hal yang bagus dan patut dicontoh dinegeri ini. kembali lagi ke masalah gayus, hasilnya adalah tidak lain dan tidak bukan membuat setiap wajib pajak enggan membayar pajaknya dengan alasan buat apa membayar pajak toh nanti akan diselewengkan oleh para aparat pajak. cukup masuk akal untuk dijadikan alasan, tapi negara akan kehilangan lebih banyak lagi anggaran untuk membangun negeri ini. karena sebagian besar pendapatan negara berasal dari pemungutan pajak.
lain lagi jika terjadi ketimpangan dalam menerima informasi. ada dua faktor, yang pertama karena pengirim informasi tidak mengirimkan informasi secara utuh atau bahkan tidak menyampaikan informasi tersebut, atau faktor kedua penerima informasi dalam hal ini publik tidak menangkap sinyal informasi secara baik. contohnya adalah berita yang baru-baru ini menjadi topik pembicaraan seluruh orang, yaitu pemberontakan "mbah priok". pertentangan antara warga dengan pamong praja yang tidak dapat dielakkan lagi. peristiwa yang menimbulkan begitu banyak kerusakan dan korban baik di pihak satpol pp, maupun masyarakat umum. sebetulnya hal itu tidak perlu terjadi jikalau pamong praja menginformasikan dengan baik daerah yang akan dilakukan penggusuran kepada masyarakat dan yang terpenting fungsinya sebagai negosiator dijalankan dengan baik. selain kerugian-kerugian tersebut, dampak lain adalah opini masyarakat bergerak ke arah untuk memboikot institusi satpol pp. mereka menganggap tidak perlu lagi fungsi dinas satpol pp ini diteruskan dan sebaiknya dibubarkan. bukan keputusan yang cukup bijaksana dan saya pikir ide yang ngeyel. akan membengkaknya pengangguran karena peluang kerja semakin sedikit, banyaknya pkl yang beroperasi tidak teratur, pengaturan dan penataan kota akan terbengkalai, inilah dampak jika institusi satpol pp dibubarkan. anda berminat?? saya rasa tidak.
memang benar ini zaman disebut zaman informasi. kebutuhan akan informasi menjadi semakin penting. dan yang terpenting informasi dijadikan sebagai tolak ukur dalam berpikir juga bertindak. namun tidak akan berdampak baik jika informasi yang ditransmisikan rusak atau salah. kemurnian akan informasi sangat diperlukan. sekian, jangan lupa isi komentarnya ya..:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar